Kamis, 31 Juli 2008

"ANTARA MEMBERI DAN MENERIMA"


BAGIAN 1
"ANTARA MEMBERI DAN MENERIMA "

Memberi dan menerima bukanlah suatu tindakan yang asing. Semua manusia akan dengan mudah mengatakan bahwa kedua tindakan tersebut merupakan bagian integral dari aktivitas hidup manusia setiap hari, suatu aksi yang sekian spontan sehingga tak perlu membuang banyak waktu untuk berpikir tentangnya. Namun sesuatu yang amat biasa terkadang menuntut suatu pertimbangan yang lebih layak. Tindakan memberi dan menerima sudah dipelajari seseorang sejak ia masih merupakan seorang bayi. Walau tanpa kesadaran, tindakan paling
awal yang dilakukan seorang bayi adalah “menerima. Sang bayi menerima dan menghirup udara, ia menerima hidup dan situasi dunia yang sangat jauh berbeda dengan situasi “firdaus” yang dialaminya ketika ia masih dalam rahim ibu. Perbedaan kondisi hidup yang diterima sang bayi pada titik awal ini sering amat menakutkan.

Karena itu sang bayi lalu menangis. Ia membutuhkan sesautu, ia membutuhkan perlindungan yang dengan segera diterimanya dari tindakan memberi dari seorang ibu. Semua yang dialami bayi pada tahap awal ini akan sangat berpengaruh bagi perkembangan hidupnya selanjutnya, bukan saja terbatas pada aksi memberi dan menerima juga secara luas dalam keseluruhan aktivitas hidup sosialnya.

Sang bayi belajar memberi dan menerima, dan menjadikannya sebagai aktivitas spontan hidup hariannya. Antara kedua tindakan tersebut sulitlah untuk dibuat distinksi, sulitlah untuk dibuat prioritas tindakan manakah yang lebih penting dan harus didahulukan. Ada sekian banyak konteks yang harus turut dipertimbangkan untuk memberikan penekanan pada satu dari kedua aksi

Dalam dunia psikoterapi, yang juga amat menuntut keterlibatan kedua tindakan tersebut, “therapeutic acceptance” lebih banyak dipandang sebagai unsur penting dalam sebuah proses
penyembuhan, lebih dari pada berbagai “technological medicine” lainnya. Kebanyakan klien yang mengalami goncangan psikologis melihat hidupnya amat tidak bernilai. Carl Gustav Jung, seorang psikiater terkenal asal Swiss, mengindikasikan bahwa sepertiga dari pasien yang datang kepadanya menderita kehampaan makna hidup (the meaninglessness of life). Hal ini bertolak dari ketidak-sanggupan klien untuk menemukan arti dari keberadaan dirinya sendiri, yang mencakup keseluruhan aspek personalitasnya.

Dalam situasi seperti ini, tindakan “menerima” yang diekspresikan sang psikiater akan melahirkan suatu pemahaman baru dalam diri klien. Dia akan menyadari bahwa dirinya ternyata masih memiliki sesuatu, bahwa ia masih memiliki kata-kata yang layak didengar, sekurang-kurangnya oleh dia¨ yang kini sedang berada di depannya.
Adalah suatu kebahagiaan terbesar dalam hidup untuk menyadari bahwa
saya masih layak didengarkan, masih layak diterima, masih layak dicintai dan mencintai. Dalam proses inilah si klien perlahan-lahan menemukan arti dirinya, dan inilah awal dari suatu proses penyembuhan.

Namun tindakan memberi dan menerima itu dapat pula dilihat dari sudut pandang yang lain. Oral Roberts dalam bukunya “Miracle of Seed-Faith” memberikan tekanan utama pada tindakan “memberi”.
Tindakan memberi, apapun bentuknya baik material maupun rohaniah seperti pemberian kemampuan diri, bakat ataupun waktu bagi orang lain, ditempatkan Roberts sebagai benih-benih yang tertabur, yang pada baliknya akan bertumbuh dan memberikan panen yang berlimpah. Dalam Kitab Suci terdapat banyak kisah tentang hal ini. Pemberian lima buah roti dan dua ekor ikan bagi banyak orang di padang gurun ternyata menjadi benih iman untuk menghasilkan dua belas bakul roti. (Mat. 14, 13-21). Pemberian perahu oleh Simon Petrus untuk digunakan Yesus mengajar orang banyak tentang kabar gembira Kerajaan Allah, ternyata menjadi benih iman untuk menghasilkan banyak ikan. (Luk. 5,1-11).

Di sini Oral Roberts menunjukkan bahwa tindakan kita untuk memberi tidak pernah berlangsung sia-sia, tetapi bahwa dalam tindakan tersebut baik si penerima maupun si pemberi sama-sama menerima “sesuatu”. Bahkan si pemberi menerimanya kembali dalam jumlah yang telah dipergandakan. Namun hal ini tidak dimaksudkan untuk memperkokoh paham 4 kuno “do ut des”, memberi untuk menerima kembali (saya memberi agar engkaupun memberi). Tetapi inilah kebenaran yang ditawarkan oleh Yesus sendiri, “Berilah maka kamu akan diberi.” (Luk6,38).

Dan bahwa si pemberi akan menerima kembali sesuai ukuran yang dipakai dalam memberi kepada orang lain.
Begitulah... Sesuatu yang kita berikan akan diterima kembali. Yang terpenting adalah bahwa pemberian tersebut terjadi dalam konteks “benih iman” yang tertabur, yang menuntut keyakinan kita untuk menempatkan Allah sebagai pusat segalanya, yang akan mempergandakan pemberian itu dan melimpahkannya kembali kepada si pemberi dalam bentuk dan sarana yang tak dipahami manusia.

Kita bersatu bersama Petrus yang bertanya kepada Yesus bahwa ia telah memberikan segala sesuatu tetapi apa upah yang akan diperoleh?? Yesus menjawab “...kamu akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal.” (Mat. 19, 29).

Tuhan Yesus memberkati

Hendaklah kita mendengar" mendengar apa yang benar "



Senin, 28 Juli 2008

" KARAKTER," HANYA SATU KATA "KARAKTER"


====Karakter ====

Kebenaran dipercayakan kepada orang-orang yang dapat dipercayai.
Kepercayaan semakin langka. Padahal semua orang menginginkan dan berusaha mendapatkannya, karena kepercayaan menjanjikan berbagai peluang. Jadilah banyak tindakan semu untuk membangun kepercayaan. Sikap artifisial yang dibuat-buat. Hasilnya? Hanya melelahkan dan itu tidak akan bertahan lama.

SEBUAH KEPERCAYAAN TIDAK DAPAT DIPAKSAKAN
Abraham dikenal sebagai bapa orang beriman. Abraham percaya kepada Allah, Allah lalu memperhitungkannya sebagai kebenaran. Dalam hal ini Allah tidak memaksa Abraham untuk percaya kepada-Nya, meskipun pada hakikatnya Ia adalah Allah yang mutlak untuk dipercayai. Karena kepercayaan tidak dapat dipaksakan, dalam kepercayaan tidak ada unsur tekanan, melainkan dimenangkan. Teladan ini menunjukkan kepada kita, betapa pentingnya sebuah kepercayaan. Suatu hubungan yang kokoh dan harmonis dibangun dan dilandasi oleh sikap saling percaya. Kepercayaan merupakan kunci suatu relasi dan kemitraan, baik dalam bisnis, karier, persahabatan, keluarga maupun kehidupan berbangsa dan bernegara.

KEPERCAYAAN DIBANGUN OLEH DUA PIHAK
Tidak ada satu pun yang dapat menjual barang yang namanya ”kepercayaan”. Karena kepercayaan tidak dapat diperjual-belikan melainkan dibangun dan dipelihara dengan baik. Suatu hubungan selalu melibatkan dua pihak, kepercayaan pun demikian. Sebuah pernikahan dibangun atas dasar komitmen saling percaya di antara suami dan istri. Persahabatan, kemitraan, network, kesepakatan bisnis, semua butuh kepercayaan dari masing-masing pihak. Ingatlah bahwa kepercayaan dibangun seumur hidup, namun bisa runtuh seketika. Jika kepercayaan luntur, hubungan pun menjadi hancur.(NR/July/2008


Sabtu, 26 Juli 2008

KETIKA ALLAH TERASA JAUH !!!


KETIKA ALLAH TERASA JAUH
Kita tidak mungkin lari dari Tuhan
Mazmur 139: Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, kemana aku dapat lari dari hadapan-MU? Jika aku mendaki ke langit, Engkau disana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situ pun Engkau. Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, juga disana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku. (ayat 7-10)
Tuhan mungkin terasa jauh, tetapi sebenarnya Dia dekat
Kisah Para Rasul 17: Supaya mereka mencari Dia dan mudah-mudahan menjamah dan menemukan Dia, walaupun Ia tidak jauh dari kita masing-masing. Sebab di dalam Dia, walaupun Ia tidak jauh dari kita masing-masing. Sebab di dalan Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada, seperti yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujangga-Mu: Sebab kita ini dari keturunan Allah juga. (ayat 27-28)
Dia tidak mungkin mengingkari Firman-Nya
2 Timotius 2: …jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya. (ayat 13)
Tuhan tak pernah meninggalkan kita
Ibrani 13: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau. (ayat 19)
Kalau Anda sungguh-sungguh mencari, Dia dapat ditemukan
Yeremia 29: apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati, Aku akan memberi kamu menemukan Aku, demikianlah firman TUHAN… (ayat 13-14)
Jangan balik menyakiti
1 Petrus 3: Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat. (ayat 9)
Tidak sekalipun waktu berlalu tanpa Allah bersama kita
Mazmur 46: Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. (ayat 2)
Dia menggenapi tujuan-tujuan yang ditentukan-Nya melalui berbagai cara
Kolose 1: Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat, sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya. (ayat 21-22)
Kadang-kadang seorang Kristen dewasa yang telah mengikuti Tuhan selama bertahun-tahun mengalami masa-masa ketika Allah terasa jauh sekali. Pada umumnya ada tiga alasan yang mungkin menjadi penyebabnya. Pertama, masalah itu bisa disebabkan oleh alasan fisik. Sesuatu yang menimpa tubuh jasmani kita dapat berpengaruh besar pada rohani kita. Penyakit, infeksi karena virus, stres, terlalu banyak pekerjaan (atau kondisi fisik lainnya) dapat mempengaruhi suasana hati kita sedemikian rupa sehingga kita mengira bahwa keadaan rohani kita sedang menurun padahal masalah sebenarnya adalah kondisi fisik yang lemah. Karena itulah, Allah memberikan kesempatan kepada Elia untuk beristirahat dan memulihkan rohnya yang lemah sebelum Ia bekerja di dalam dirinya (lihat 1 Raja-raja 19). Kedua, Allah terasa jauh karena kita telah berdosa dan belum bertobat. Allah telah membuat system kerihanian kita sedemikian rupa sehingga ketika kita berdosa, muncul rasa bersalah. Rasa bersalah seperti ini (berbeda dengan rasa bersalah palsu yang dapat timbul dalam kepribadian kita) adalah cara Allah untuk mendapatkan perhatian kita kembali. Bila situasinya seperti ini, pertobatan adalah satu-satunya jalan untuk kembali. Ingatlah bahwa pertobatan labih daripada sekedar merasa menyesal. Pertobatan berarti sangat menyesal sehingga mau berhenti berbuat dosa. Bila pertobatan telah dilakukan, kita yakin bahwa hubungan kita dengan Allah akan dipulihkan. Alasan ketiga, dan yang paling sering dijumpai, yang menyebabkan kita merasa Allah jauh sekali adalah karena kita gagal untuk menyediakan waktu agar hubungan kita dengan Allah tetap terjaga. Kalau kita tidak menyediakan waktu untuk berbicara kepada Allah secara teratur melebihi doa dan menddengarkan suara-Nya melalui Firman yang kita baca, kita perlu heran jika hubungan kita dengan-Nya mulai memburuk? Seperti dikatakan orang: "Jika Allah terasa jauh sekali, coba terka siapa yang sesungguhnya menjauh?" Allah tidak pernah menjauhi kita, sebaliknya kitalah yang menjauhi Dia.
Bapaku dan Allahku, terima kasih Engkau mengingatkanku bahwa hubunganku dengan-Mu tidak boleh kuabaikan, tetapi harus selalu kupertahankan. Dan jika aku harus bertobat, tolonglah aku untuk segera melakukannya tanpa menundanya lagi. Dalam nama Yesus aku berdoa. Amin.

KETIKA ANDA MENGHADAPI KEGAGALAN


" KETIKA ANDA MENGHADAPI KEGAGALAN "
Allah mengetahui kondisi Anda dan ikut merasakan kesedihan Anda
Mazmur 139: Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku; Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kau maklumi. (ayat 1-3)
Suatu janji yang dapat kita pegang
Mazmur 37: TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya. (ayat 23-24)
Perhatiannya tidak pernah goyah
2 Tawarikh 16: Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia. (ayat 9)
Gunakanlah situasi yang tidak menguntungkan untuk lebih mendekat kepada Allah
Mazmur 27: Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya. (ayat 4)
Ingatlah kuasa yang ada di tangan Anda
Efesus 1: ….dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya, yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di sebelah kanan-Nya di sorga. (ayat 19-20)
Pusatkan perhatian untuk menemukan tujuan Allah bagi hidup Anda
Yakobus 1: Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, --yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit--,maka hal itu akan diberikan kepadanya. (ayat 5)
Dia menjanjikan pertolongan dan bimbingan untuk masa depan yang lebih baik
Amsal 3: Hai anakku, janganlah engkau melupakan ajaranku, dan biarlah hatimu memelihara perintahku, karena panjang umur dan lanjut usia serta sejahtera akan ditambahkannya kepadamu (ayat 1-2)
Sulit sekali untuk bersikap objektif bila kita telah gagal. Ketika Milais pertama kali mempertunjukkan dramanya Ophelia pada tahun 1825, seorang kritikus mengomentari sebagai "Oh, gagal!" dikatakan bahwa sejak saat itu Milais dihantui oleh perkataan tersebut sepanjang hidupnya. Ketika mengalami kegagalan, merenunglah sesegera mungkin dan dalam doa mulailah menganalisis penyebab kegagalan itu. Pertimbangkan kemungkinan bahwa Allah mengizinkan kegagalan karena ini merupakan bagian dari rencana-Nya dalam hidup Anda. Banyak orang yang akhirnya menyadari bahwa Allah mengizinkan kegagalan dalam hidup mereka untuk memberi tahu mereka agar beralih ke bidang pelayanan lain.

Tetapi jika setelah berdoa dan merenungkan Anda yakin bahwa Allah tetap mengizinkan Anda di dalam kegiatan yang sama, maka sebaiknya Anda bertanya kepada diri sendiri: Apakah aku ikut andil dalam kegagalan ini karena tidak cermat mempersiapkan segi positif dan negatif, tidak mempertimbangkan prinsip moral, kurang peka terhadap perasaan orang lain,…dan sebagainya. Setelah belajar dari kegagalan ini, cobalah lagi. Sebuah poster Kristen yang pernah kulihat di sebuah toko buku memperlihatkan gambar seorang pria yang melipat tangan dengan wajah yang memperlihatkan keputusasaan.
Tertulis di kaus yang dipakainya pengakuan: "Aku menyerah". Di sudut poster ini, samar-samar terlihat gambar sebuah bukit hitam dengan sebuah salib kecil diatasnya. Kata-kata ini tercetak di bawah poster itu: "Aku tidak menyerah". Satu-satunya Pribadi yang telah mengalahkan semua rintangan mengulurkan tangan-Nya kepada Anda. Peganglah tangan-Nya dan bila rencana yang lain belum ditunjukkan-Nya kepada Anda, cobalah lagi.
Bapa, aku melihat bahwa suatu kegagalan bukanlah kegagalan kalau hal ini membawaku lebih dekat kepada-MU. Tunjukkanlah kehendak-MU dan rencana-MU bagi hidupku, dan jika aku harus mencobanya lagi maka tolonglah aku untuk melakukannya di dalam kekuatan-MU dan bukannya dalam kekuatanku sendiri. Dalam nama Kristus aku berdoa. Amin.

CERITA TENTANG KINNEYY


CERITA KINEEY

Ketika aku bangun dari tempat tidur di pagi yang bersalju itu, aku tahu bahwa segalanya yang telah ku kenal sejak aku berumur sepuluh tahun akan diubahkan selamanya. Malam sebelumnya, pada bulan Desember tungku perapian rumah masa kecilku meledak dan semuanya terbakar habis. Ajaibnya, aku masih selamat dan berhasil merangkak menuruni tangga untuk dapat keluar, dan aku diselamatkan oleh orang yang datang menolong aku. Namun adikku Katie yang berumur 4 tahun tidaklah beruntung seperti aku. Ia kebingungan dan terperangkap di kloset ,karena is mengira bahwa itulah jalan keluar, ia terkena sesak nafas oleh asap dari api itu.

Ketika aku jatuh di atas rumah tetangga, pada malam harinya aku berharap Katie dapat bertahan hidup, tetapi kenyataannya tidak demikian dia meninggal dalam kebakaran itu, dan aku tidak sempat mengucapkan selamat tinggal kepadanya, tidak pernah mengatakan betapa aku mengasihinya, tidak pernah bertemu lagi. Kakak perempuan dan ibuku ajaibnya bisa menyelematkan diri, begitu juga ayahku, yang pada saat itu tidak berada di rumah. Dia sedang tugas di luar kota. Tetapi adiku yang kecil ‘ Katie yang paling baik dari kami semua, telah pergi.

Setelah kebakaran itu kami memilih untuk melupakan dan selalu ingat akan nasihat “ “tetapkah tersenyum, jadilah tegar: dan kami sekeluarga lebih memilih bersikab diam, seolah olah tidak terjadi apa-apa Kami tidak pernah membicarakan tentang peristiwa kebakaran itu lagi. Tetapi setiap tahun bertepatan dengan hari ualang tahun Katie, rumah kami sangatlah terasa berat sehingga tak seorangpun berbicara. Secara rohani kami semua tidak bisa menerima kejadian itu, dan kami juga tidak mau menyembah Allah yang telah membiarkan Katie meninggal.

Pada saat berumur 23 tahun aku hidup dalam eksistansi yang berdasarkan penampilan, rapuh,gamang, dan tidak ada tujuan teristimewa karena “ rasa bersalah”sebagai orang yang selamat atas tragedi itu, dan kesedihan yang tak terselesaikan, aku hidup dengan penuh kekuatiran, depresi sehingga aku harus menjalani terapi untuk mengatasi masalahku.

Pada suatu hari aku pergi bermain bowling bersama sama teman teman, aku memandang ke sebuah Bar yang penuh asap dan aku melihat ada seorang pemuda yang sangat tampan sedang memandangi aku. Ketika mata kami sedang bertemu, aku berkata kepada diriku, “ aku akan menikah dengannya” aku terkejut oleh pikiranku sendiri, karena belum pernah merasakan perasaan ini kepada siapapun, teristimewa baru saja melihat pemuda itu.

Daya tariknya yang cepat berbalasan, dan kami mengalami romansa yang seperti dongeng selama sebulan kami selalu bersama dan berpacaran samapai akhirnya kekasihku itu harus pergi ke suatu negara bagian untuk bekerja. Selama berbulan bulan kami menjalani berpacaran jarak jauh dan hubungan kami semakin baik. Namun terjadi kendala karena kekasih impianku ternyata seorang kristen yang sudah lahir baru. Celakanya aku sangat membenci orang kristen semacam ini, Aku berusaha melepaskan kekasihkau dari Yesus dengan mencoba membaca alkitab dan membuktikan kepadanya bahwa, apa yang ia percaya benar benar bodoh dan keliru.Aku hanya mengetahui sedikit injil, ya,, memang menyenangkan ceritanya.. tetapi.. ya begitulah !

Namun pada saat aku membaca di injil Yohanes, itulah yang “ menangkap aku”Ketika kau membaca kata, “karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak Nya yang tunggal itu, supaya setiap orangyang percaya keapdaNya tidan binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal “. Aku berbisik kepada diriku sendiri, Oh Allah peduli pada orang orang seperti aku ini. Ia benar-benar mempunyai persasaan.. seperti Kasih, Ia benar benar peduli kepada umatNya. Tampaknya Ia hidup”

Aku mencoba melenyapkan pikiran-pikiran itu, dan aku melanjutkan peperanganku untuk melepaskan calon suamiku dari semua kebodohan itu. Pada waktu aku membaca seluruh injil Yohanes, dan tiba pada pasal 14, sesuatu yang serius terjadi padaku.Aku tidak akan pernah melupakan satu ayat di Yohanes 14;6 yang hampir hampir melontarkan satu halaman itu padaku, di mana Yesus berbicara tentang diriNya dan berkata, “ Akulah jalan dan kebenaran dan hidup”. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui aku.” Ketika aku membaca kata kata yang dasyat itu jantungku berdebar, “Jesus mengatakan bahwa Ia adalah jalan kepada Allah.’bisikku kepada diriku sendiri. “ Ia mengasihi aku?” Ia mengasihi aku sekalipun aku sudah membenciNya dan mencemoohkanNya, dan berusaha melepaskan pacarku dari Dia”

Aku meletakkan wajahku di lantai kamar tidurku dan menagis kepada Allah........ untuk yang pertama kalinya dalam kehidupannya yang rapuh ini.
Aku meminta kepada Allah untuk mengampuni aku dari semua dosaku.
Aku mulai memahami bahwa Allah cukup mengasihiku untuk menarikku kepada Firman-Nya supaya aku dapat benar benar deselamatkan dari kematian, kali ini aku menerina hidup kekal dengan menyadari bahwa kematian Yesus di salib telah menggantikan ku.

Tiga puluh emat tahun setelah peristiwa kebakaran tersebut, aku tidak lagi takut akan bayang bayang peristiwa yang mengerikan itu. Sekarang hidupku penuh dengan mujizat mujizat bersama dengan Yesus.
Tepat pada tanggal 8 Desmber persis pada saat adiku meninggal ada seorang ibu yang datang kepada ku dan memberikan seorang putri . Dan saat ini di menjadi anak kami, empat bulan kemudian Allah meberikan seorang adik perempuan yang sehat . Kehidupan kami tidaklah sempurna namun, kami hidup bebas, diampuni, sukacita dan kekal bersama Yesus.
Tuhan Yesus memberkati.